Slow, Ethical, dan Sustainable Fashion. Apa sih bedanya?
Posted on 29 July 2019
“Every time you spend money, you're casting a vote for the kind of world you want. — Anna Lappé.” \n Setiap konsumen memiliki hak untuk memilih apa yang ingin mereka beli. Di era modern ini, berbagai macam pilihan disajikan dengan mudah, termasuk di bidang fashion atau pakaian. Kalau kamu punya hobi belanja, pasti sudah nggak asing lagi belanja fast fashion. Selain mudah didapat karena selalu ada dimana-mana, fast fashion juga terkenal karena murah. Tapi, pilihan untuk berbelanja tidak hanya fast fashion, lho, melainkan ada slow, ethical, dan sustainable fashion. Like all things in life, with great choice comes great responsibility! \n Kalau kamu sudah familiar dengan sustainable fashion yang sering Tinkerlust sebut, pasti sudah nggak asing lagi sama dua hal ini nih; ethical dan slow fashion. Hmm… bukannya sama aja, ya? Eits, konsepnya sih memang sama. Tapi, ternyata ketiganya memiliki definisi yang berbeda, lho. Simak di bawah ini yuk perbedaanya!
Slow Fashion
Mudahnya, slow fashion adalah kebalikan dari fast fashion. Nah, biasanya slow fashion berfokus pada gaya atau style dari pakaiannya, bahan, dan tujuan dari pakaian-pakaian tersebut diproduksi. Jika fast fashion lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas, slow fashion adalah kebalikannya. Slow fashion memproduksi pakaian dengan tujuan agar tahan lama dan bisa dipakai hingga kapanpun itu! Keren kan~ \n Slow fashion tidak benar-benar berarti tidak membeli apa-apa, tapi hanya melambatkan kebutuhan belanja pakaianmu. Hal ini sangat berkebalikan dengan fast fashion, karena slow fashion memproduksi pakaian dengan style yang timeless agar kita tidak sering-sering belanja. Sedangkan fast fashion akan terus-menerus mengeluarkan pakaian dengan koleksi yang berbeda setiap musimnya. Nah, yang seperti ini yang akan bikin babes jadi sering banget ke mall untuk belanja new arrivals merek-merek fast fashion.
Ethical Fashion
Jika slow fashion berfokus pada produk atau pakaian-pakaian yang dihasilkan, ethical berfokus pada sikap etis suatu perusahaan garmen/pakaian terhadap para pekerja dan perusahaan itu sendiri. Sikap etis ini mencakup atas bagaimana suatu perusahaan memperlakukan para pekerjanya, seperti gaji, jam kerja, dan tidak mempekerjakan anak di bawah umur. Hal ini muncul karena banyaknya perusahaan garmen/pakaian fast fashion yang ternyata tidak membayar para pekerja, lho. \n Salah satu kasusnya adalah para pekerja garmen di Cina yang mengalami 150 jam overwork setiap bulannya. 60% dari mereka bahkan tidak memiliki kontrak kerja dan 90%-nya tidak memiliki asuransi. Kasus-kasus seperti ini lah yang mendorong beberapa perusahaan dan aktivis untuk menggalakan ethical fashion.
Sustainable Fashion
Lastly, teman-teman pasti sudah nggak asing lagi nih dengan istilah sustainable fashion! Jika 2 yang lain lebih berfokus pada pakaian dan perusahaan, sustainable fashion membahas bagaimana efek yang dihasilkan dari produksi pakaian tersebut terhadap lingkungan. Hal ini termasuk penggunaan pestisida pada tanaman cotton (katun), bahan kain sustainable, energi dan air yang dibuang, hingga packaging. Selama suatu perusahaan atau pabrik memperhatikan efek samping produksi mereka terhadap lingkungan, maka perusahaan tersebut sudah disebut sustainable. \n Nah, sebagai konsumen kira-kira apa yang bisa kita lakukan, ya? Saat berbelanja, untuk lebih peduli terhadap lingkungan ada beberapa hal nih yang bisa kita lakukan. Pertama, hindari belanja fast fashion sebisa mungkin! Belanja preloved/secondhand bisa menjadi salah satu pilihan untuk kamu. Lalu, belilah pakaian dengan model yang timeless alias tetep on-trend terus nggak bergantung dengan musim. Cobalah berbelanja di toko-toko lokal atau small business! Sedangkan, untuk barang-barang yang kamu sudah punya dan tidak lagi dipakai, jangan dibuang. Baju-baju kamu itu bisa kamu donasikan atau jual, salah satunya jual di Tinkerlust.
So, Tinkerbabes, have you shop slow, ethical, and sustainable fashion? Kalau belum, yuk mulai sekarang dan #JadiLebihBaik!